BERITA MAJALENGKA – Pengusulan KH Abdul Chalim Leuwimunding, Majalengka, sebagai Pahlawan Nasional akhirnya terwujud pada 2023 setelah melewati proses yang cukup panjang dan mekanisme yang berlaku.
Dikutip dari berbagai sumber, hal tersebut dibuktikan dengan keluarnya surat dari Kementrian Sekretariat Negara RI, Cq Sekretariat Militer Presiden, dengan nomor surat R-09/KSN?SM/GT/.02.00/11/2023. Perihal terkait penyampaian Informasi Calon Penerima Gelar Pahlawan Nasional Tahun 2023.
Surat tersebut ditanda tangani Sekretaris Militer Presiden, Laksada TNI Hersan, SH, M.Si, MTr, Opsia dan ditembuskan ke Sekretaris Negara.
Baca Juga: Ceramah Ustadzah Oki Setiana Dewi, Tema: Hati-Hati Dengan Penyakit Hati
Dalam surat tersebut juga ditujukan kepada Menteri Sosial Cq. Kementrian Sosial, Jl. Salemba Raya Nomor 28 Jakarta Pusat 10430.
Dalam surat menyebutkan bahwa, Presiden RI telah menyetujui dan menetapkan beberapa tokoh Calon Pahlawan Nasional untuk dianugerahkan Gelar Pahlawan Nasional yang akan diselenggarakan pada hari Jumat, 10 November 2023 di Istana Negara.
Beberapa tokoh Calon Pahlawan Nasional tersebut diantaranya:
1. Almarhum Ida Dewa Agung Jambe dari Bali
2. Almarhum Bataha Santiago asal Sulawesi Utara
3. Almarhum Rati Tabrani asal Jawa Timur
4. Almarhumah Ratu Kalinyamat dari Jawa Tengah
5. Almarhum K.H Abdul Chalim dari Jawa Barat
6. Almarhum K.H Ahmad Hanafiah dari Lampung
Baca Juga: Kumpulan Rekomendasi Film untuk Mengingat Sejarah Perjuangan Cocok Ditonton di Hari Pahlawan
Siapakah K.H Abdul Chalim yang akan dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional tersebut? Simak penjelasannya berikut ini.
Mengutip PikiranRakyat.com dari keterangan tertulis Dinas Sosial Jabar, Rabu, 8 November 2023, K.H Chalim lahir di Leuwimunding pada 2 Juni 1898 dari pasangan Kedung Wangsagama dan Satimah.
Kakeknya merupakan Kepala Desa Kertagama, putra dari Buyut Liuh yang merupakan putra seorang Pangeran Cirebon.
Silsilah KH. Abdul Chalim bersambung kepada Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan Sunan Gunung Djati.
KH. Abdul Chalim sudah mendalami pendidikan agama sejak usia remaja. Ia belajar di beberapa pesantren di wilayah Leuwimunding dan Rajagaluh setelah menyelesaikan pendidikannya di sekolah HIS (Hollandsch Inlandsche School).
Baca Juga: Link Nonton Drakor The Matchmaker Episode 3 Lengkap dengan Sinopsis dan Jadwal Tayang
Pada tahun 1913, KH. Abdul Chalim naik haji dan belajar di Makkah. Sepulang dari Makkah, KH. Abdul Chalim bergabung dengan temannya KH. Abdul Wahab Hasbullah yang memiliki komitmen untuk memerdekakan Indonesia.
KH. Abdul Chalim membantu menangani organisasi-organisasi yang telah dirintis oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah, yaitu Nahdlatul Wathan yang kemudian menjadi Syubbanul Wathon.
Saat mendirikan Syubbanul Wathon inilah KH. Abdul Chalim bersama dengan KH. Abdul Wahab Hasbullah membentuk Komite Hijaz yang bertujuan untuk mengorganisasikan ulama-ulama di Jawa dan Madura demi mencapai kemerdekaan Indonesia.
Pada akhirnya, Komite Hijaz ini mendirikan Nahdlatul Ulama dan KH. Abdul Chalim menjadi Katib Tsani (Sekretaris kedua) pada kepengurusan PBNU periode pertama.
KH. Abdul Chalim juga merupakan pendiri Organisasi Semi Militer, Hizbullah untuk wilayah Majalengka dan Cirebon.
Selain itu, KH. Abdul Chalim juga merupakan pembina serta pejuang Hizbullah di beberapa medan pertempuran yaitu Cirebon, Majalengka, dan Surabaya.
KH. Abdul Chalim menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 12 Juni 1972 di Leuwimunding, Majalengka.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional ini menjadi pengakuan atas dedikasi dan jasa besar KH. Abdul Chalim dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa Indonesia.***
Baca Juga: Ceramah Ustadzah Oki Setiana Dewi, Tema: Hati-Hati Dengan Penyakit Hati