Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan, dengan penuh pengharapan kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa dia yang terdahulu.”
Terdapat kesamaan dalam hadits ini dengan hadits tentang ibadah malam di bulan Ramadhan, perbedaannya hanya dalam bentuk ibadahnya. Jika pagi itu ‘Shoma’ (puasa), jika malam ‘Qaama’ (penunaian salat).
Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang menghidupkan malam Ramadhan, menunaikan salat dengan penuh kekhusyuan dan ia kerjakan salat ini karena Allah, dan dengan keikhlasannya ini dia berharap pahala dari Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang terdahulu.”
Ibadah siang maupun malam di bulan Ramadhan sama-sama berpeluang menghadirkan ampunan Allah SWT.
Oleh karena itu, ibadah malam ini tidak boleh disia-siakan, bahkan sebagian ulama berkomentar bahwa jika ada orang yang menunaikan puasa dengan sempurna tapi ia tidak menunaikan salat di malam harinya, maka seakan ia tidak mendapatkan kesempurnaan Ramadhan, karena di siang ia berpeluang mendapatkan ampunan Allah, sedang malamnya ia tidak mendapatkan anugerah serupa karena tidak mengambil peluang itu.
Hal inilah yang menjadikan beberapa sahabat bahkan istri Nabi SAW, khususnya Sayyidah Aisyah ra begitu memburu kesempatan malam-malam Ramadhan.
Pasalnya, selain berpeluang mendapat ampunan dosa, ada peluang yang kedua yaitu mendapati lailatul qadar.