Dikatakan bahwa orang-orang yang menunaikan puasa dengan benar itu aroma yang keluar dari lisannya dinilai oleh Allah lebih wangi dibanding wanginya kasturi.
Hadits ini merupakan hadits yang cukup memberikan standar keberhasilan orang yang menunaikan puasa khususnya di bulan Ramadhan.
Nabi SAW menyampaikan bahwa puasa itu hakikatnya akan membentuk satu perisai. Perisai ini membentuk sebuah karakter yang menunjukkan keberhasilan seseorang yang menunaikan puasa.
Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa perisai yang dimaksud adalah menjaga diri dari perkataan kotor, dari perbuatan-perbuatan yang tidak berguna.
Orang-orang yang berkata kotor diqiyaskan bau lisannya, maka orang-orang yang bisa menahan diri untuk tidak berkata yang tidak baik oleh Allah SWT dihadiahi dengan satu aroma wangi saat kembali kepada Allah di hari kiamat.
Itulah yang dimaksud para ulama mengenai hadits tersebut secara maknawi bukan secara lafdzi.
Jadi orang-orang yang berhasil dalam puasa, dari lisannya saja ketika bangkit di hari kiamat oleh Allah diberikan keistimewaan bau harum dilisannya, karena mampu merubah dirinya jadi pribadi lebih baik dengan puasanya.