Mengapa Makan Sahur Itu Disunahkan? Begini Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

18 Maret 2024, 20:13 WIB
Mengapa Makan Sahur Itu Disunahkan? Begini Penjelasan Ustadz Adi Hidayat /ig@infokajianptk

BERITA MAJALENGKA – Di antara amalan sunah yang sangat dianjurkan oleh Nabi SAW pada ibadah puasa, khususna di bulan Ramadhan adalah sahur.

Banyak aktivis dakwah yang menjelaskan tentang kesunahan ini, salah satunya adalah Ustadz Adi Hidayat.

Dirangkum dari kanal youtube Adi Hidayat Official, berikut penjelasan Adi Hidayat mengenai disunahkannya makan sahur.

Sahur terdiri dari tiga huruf yaitu ‘Sin’, ‘Ha’, dan ‘Ra’, yang menunjuk pada waktu singkat menjelang datangnya fajar.

Baca Juga: Hasil La Liga 2023/2024: Barcelona Bekuk atletico Madrid di Metropolitano stadium

Dalam Al-Quran, Allah memberikan sifat mulia. Memuliakan segolongan orang yang mengkhususkan amalan istighfar di waktu sahr.

Hal ini dicontohkan di QS.Adz-Dzariyat ayat ke 18, “dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah)”

Allah SWT juga mengelompokkan orang-orang yang gemar beristighfar di waktu singkat menjelang fajar pada kelompok yang spesial, bahkan disandingkan dengan orang-orang yang memiliki kekuatan sabar dalam mengahadapi musibah, orang-orang yang gemar berinfaq, orang-orang yang khusyuk dalam beribadah.

Baca Juga: Profil dan Biodata Muhammad Rian Ardianto, Pasangan Fajar Alfian yang Jadi Juara Ganda Putra All England 2024

Allah SWT berfirman dalam QS. Ali-Imran ayat 17, “(Juga) orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar.”

Aktivitas yang dikerjakan di waktu sahr disebut dengan sahur, sehingga jika disandingkan dengan makan sebelum menunaikan ibadah puasa menjadi bagian sunah yang diisyaratkan.

Al-Baqarah di penghujung ayat 187, “...Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam....”

Sekalipun ayat ini diturunkan juga untuk memberikan satu perbedaan dari kebiasaan Ahli Kitab yang dahulu umumnya mereka puasa tidak makan sahur terlebih dahulu, atau sebagian Ahli Kitab yang menunaikan puasa sampai malam harinya, sehingga para sahabat berdiskusi, ‘apakah puasa Ramadhan ini sama dengan puasa orang-orang terdahulu?’

Baca Juga: Profil dan Biodata Fajar Alfian yang Berhasil Jadi Juara Ganda Putra All England 2024

Maka Allah menurunkan ayat ini untuk memberi penguat bahwa puasa cukup ditunaikan sejak fajar sampai maghrib.

Adapun ba’da maghrib dipersilahkan untuk makan dan minum senyamannya sampai menjelang fajar.

Di antara aktivitas makan dan minum menjelang fajar, itulah yang disebut dengan sahur.

Nabi SAW memberikan satu keistimewaan yang sekaligus menjadi rahasia bagi amalan sahur. Keistimewaan tersebut di antaranya di dokumentasikan oleh Al-Imam Al-Bukhari dalam kitab shahih beliau dengan nomor hadits 1923.

Baca Juga: Profil dan Biodata Anthony Sinisuka Ginting, Tunggal Putra Indonesia yang Jadi Runner Up All England 2024

Dari sahabat Anas bin Malik ra dari Nabi SAW beliau bersabda, “Makanlah kalian di waktu sahr sebelum kalian menunaikan puasa”, sahabat bertanya, “Kenapa Ya Rasulullah?”, Nabi menjawab “Maka sungguh aku tegaskan, makan di waktu sahr itu mengandung keberkahan.”

Rahasia dari keistimewaan sahur itu adalah bahwa makan di waktu tersebut mendapat keberkahan.

Sebagian besar orang menggunakan waktu sahr ini untuk beristirahat, tapi Nabi memotivasi kita untuk bangun dan makan sebelum menunaikan puasa karena ada keberkahan di dalamnya.

Berkah sendiri dalam bahasa Arab dipahami dengan bertambahnya nilai-nilai kebaikan disertai dengan konsistensi dalam penunaiannya.

Baca Juga: Gambarkan Kerinduan pada Bulan Ramadhan, Ini Lirik Lagu ‘Rindu Ramadhan’ dari Keluarga Nahla yang Trending

Para ulama berkata makan di waktu sahr bermanfaat pada keadaan fisik untuk menguatkan kita dalam menunaikan puasa, menahan lapar, haus, dan lainnya dibanding dengan makan di jam 8 malam yang durasi menahan lapar dan haus itu semakin panjang.

Sementara, jika kita menyiapkan diri menjelang fajar, durasi kita menahan lapar, haus saat puasa semakin pendek dan olahan makanan, minuman itu menjadi energi yang optimal untuk dialirkan ke bagian tubuh kita.

Selain itu, sebagian ulama juga ada yang meriset bahwa suksesnya makan di waktu sahr, tatkala makanan itu menjadi energi bagi tubuh kita untuk meningkatkan kebaikan yang konsisten saat puasa.

Jadi sesungguhnya, makan sahur itu memberikan energi yang luar biasa untuk segala perbuatan baik, baik dari segi fisik maupun intelektual.

Maka perlu kita perhatikan, apakah sahur yang selama ini kita kerjakan hanyalah makan dan minum saja, atau dalam sahur itu ada keberkahan yang mendorong kita untuk berbuat kebaikan?***

Editor: Rosma Nur Riana

Tags

Terkini

Terpopuler