PR MAJALENGKA - Baru-baru ini produk fesyen asal Swedia, H&M ramai-ramai diboikot di China.
Aksi boikot warga China disebabkan karena H&M mengeluarkan pernyataan bahwa mereka sangat prihatin dengan adanya laporan aktivitas kerja paksa di wilayah paling barat Xinjiang.
H&M bahkan menyatakan dalam pernyataan aslinya akan menghentikan hubungannya dengan pemasok China yang dituduh melakukan kerja paksa.
Namun, yang mengherankan karena aksi boikot China terhadap produk fashion H&M baru terjadi beberapa hari terakhir, padahal pernyataan tersebut sudah dipublikasikan setahun lalu.
Dikutip PikiranRakyat-Majalengka.com dari Reuters, serangan boikot terhadap produk fashion H&M tidak hanya terjadi pada toko retailnya di China, namun juga di beberapa platform e-commerce yang terkenal di China hingga menjadi trending topik di sosial media China.
Toko resmi H&M di platform e-commerce Alibaba's Tmall, sudah tidak bisa diakses publik sejak Rabu, 24 Maret 2021. Begitupun di platform JD.com dan Pinduoduo tidak lagi ditemukan produk fashion H&M.
Baca Juga: Julen Lopetegui hingga Mariano Garcia Remon, Inilah 5 Pelatih Real Madrid yang Gagal Bersinar
Padahal China merupakan pasar terbesar keempat H&M di dunia dengan penjualan mencapai 339 juta Dolar AS atau sekira Rp5,76 triliun dalam 12 bulan terakhir.